ARTIKEL MORFOLOGI KOTA BANDAR LAMPUNG

ARTIKEL KOTA BANDAR LAMPUNG

A. Perkambangan Pemerintahan

Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota provinsi Lampung, Indonesia. Oleh karena itu kota Bandar Lampung merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial politik, pendidikan dan kebudayaan, serta merupakan pusat kegiatan perekonomian dari Provinsi Lampung.
Pencetus nama Bandar Lampung adalah Barlian Pangeran Raja di Lampung dan Rustam Effendi. Nama Bandar diambil karena selain sebagai kota pelabuhan, juga pusat segala macam kegiatan. Kota Bandar Lampung dulunya pernah bernama Kota Tante, walaupun nama ini tidak bertahan lama. Bisa ditebak mengapa nama tersebut tidak pernah disebut lagi. Penyebutan Kota Tante hanya untuk mempermudah penyebutan nama yang sebenarnya yang terlalu panjang yakni Tanjungkarang-Telukbetung.
Wilayah Kota Bandar Lampung di zaman Hindia Belanda dahulu termasuk wilayah onder afdeling Telok-Betong yang dibentuk dengan Staatsbalat 1912 Nomor : 462, terdiri dari Ibu Kota Telok-Betong sendiri dan daerah-daerah sekitarnya. Sebelum tahun 1912 Ibu Kota Telok-Betong ini meliputi juga Tanjung Karang yang terletak kurang lebih 5 KM sebelah utara Kota Telok-Betong (Encyclopedie Van Nederland Indie, susunan D.C.STIBBE bagian IV). Ibukota Onder afdeling Telok-Betong adalah Tanjungkarang, sedangkan Kota Telokbetong adalah Ibukota Karesidenan Lampung, kedua kota tersebut tidak termasuk dalam Marga Verband, melainkan berdiri sendiri yang dikepalai oleh seorang Asisten Demang tunduk kepada Hoof Van Plaatsleyk Bestuur (Kontroling B.B) yaitu Kepala Onder afdeling Telokbetong. Biaya sehari-hari untuk pemeliharaan kedua kota tersebut ditanggung oleh suatu dana yang disebut Plaatsleyk Fonds. Pengelolaan keuangan diatur dalam Keputusan Residen Lampung tanggal 24 Nopember 1930 Nomor :169. Di masa pendudukan Jepang Kota Tanjungkarang-Telokbetong dijadikan Si (kota) di bawah pimpinan seorang SICHO (Bangsa Jepang) dibantu oleh seorang FUKU SICHO (Bangsa Indonesia). Sejak Kemerdekaan Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor :22 Tahun 1948, Kota Tanjungkarang dan Kota Telukbetung berstatus Kota Kecil yang merupakan bagian dari Kabupaten Lampung Selatan, wilayah sekitarnya dipisahkan dari wilayah Onder afdeling Telokbetong-Tanjungkarang berdasarkan Undang-undang Darurat No:5 Tahun 1956, kemudian berdasarkan undang-undang No : 28 Tahun 1959 nama Kota Besar Tanjungkarang-Telokbetong dirubah menjadi Kotapraja Tanjungkarang-Telukbetung yang di dalamnya terdapat 2 Kecamatan; yaitu Kecamatan Tanjungkarang dan Kecamatan Telukbetung, sisa wilayah Onder afdeling Telukbetung dimasukkan dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan. Kemudian setelah Karesidenan Lampung dinaikkan statusnya menjadi Provinsi Lampung berdasarkan Undang-undang Nomor : 18 Tahun 1965 Kotapraja Tanjungkarang-Telukbetung berubah menjadi Kota Madya Tanjungkarang-Telukbetung.

Perbatasan Kotamdya Tanjungkarang-Telukbetung ditentukan dalam Undang-undang Darurat Nomor :5 Tahun 1956 jo. Undang-undang Nomor : 28 Tahun 1959 didalamnya terdapat 4 Kecamatan, yaitu :

1. Kecamatan Tanjungkarang Barat dengan Pusat Pemerintahannya berkedudukan di Jalan Bukit Tinggi Bambu Kuning (Kampung Kaliawi).
2. Kecamatan Tanjungkarang Timur dengan Pusat Pemerintahannya berkedudukan di Kampung Saah Lama.
3. Kecamatan Telukbetung Utara dengan Pusat Pemerintahannya berkedudukan di Sumur Batu.

4. Kecamatan Telukbetung Selatan dengan Pusat Pemerintahannya berkedudukan di Jalan Mentaai Telukbetung
Berdasarkan Undang-undang No.5 Tahun 1975 dan Peraturan Pemerintah Nomor : 3 Tahun 1982 tentang Perubahan Batas wilayah Kotamadya Dati II Tanjungkarang Telukbetung yang mulai berlaku efektif terhitung sejak tanggal 8 juli 1982, yaitu sejak diserahkan olleh Bupati Kepada Daerah Tingkat II Lampung Selatan kepada Wali kotamadya Kepala Daerah Tingkat II Tanjungkarang-telukbetung diperluas dengan dimasukkannya sebagian Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Kabupaten Lampung Selatan yang meliputi 14 Desa dari sebagian wilayah kecamatan Kedaton, 14 Desa Kecamatan Panjang. Kemudian bedasarkan Peraturan itu juga Kecamatan-kecamatan dalam Wilayah Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung ditata kembali menjadi 9 Kecamatan dengan 58 Kelurahan. Selanjutnya berdasarkan Surat Gubernur/KDH Tingkat I Lampung Nomor G/185.B.III/HK/1988 tanggal 6 Juni 1988 serta Surat Persetujuan MENDAGRI Nomor 140/1799/PUOD tanggal 19 Mei 1987 tentang pemekaran Kelurahan di Wilayah Kota Bandar Lampung, maka Kota Bandar Lampung terdiri dari 9 Kecamatan dengan 84 Kelurahan. Kemudian berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 tahun 2001 tentang pembentukan, penghapusan dan penggabungan.
Kecamatan dan Kelurahan dalam Kota Bandar Lampung, maka Kota Bandar Lampung menjadi 13 Kecamatan dengan 98 Kelurahan, yaitu :
Kotamadya Tanjungkarang Telukbetung (Bandar Lampung) sebagai Ibukota Provinsi Lampung berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang Telukbetung (Bandar Lampung) Nomor : 5 Tahun 1983, tanggal 26 Januari 1983 telah ditetapkan Hari Jadinya pada tanggal 17 Juni 1682.
Kota Praja Tanjungkarang-Telukbetung (Bandar Lampung), tadinya hanya memiliki luas wilayah 33,3 km persegi dengan batas-batas di sebelah utara dengan Way Penengahan, di selatan dengan Way Kuala dan di sebelah timur berbatasan dengan Way Balau dan mempunyai empat kecamatan, yakni Tanjungkarang Barat, Tanjungkarang Timur, Telukbetung Barat dan Teluk Betung Selatan.
Sejak tahun 1982 berdasarkan PP No. 3 tahun 1982 menerangkan perubahan batas wilayah Kota Tanjungkarang-Telukbetung, dari hanya 33,3 km persegi menjadi 142,18 km persegi. Oleh DPRD setempat periode 1982-1987, peraturan daerah (Perda) No 5 tahun 1983 menyebutkan Kota Tanjungkarang-Telukbetung berubah nama menjadi Kota Bandar Lampung. Selain itu, lambang Kota Bandar Lampung, bergambar gunung dan daun lada serta motto ragom gawi turut pula diperdakan.
B. Pengolahan Hasil Bumi
Hasil bumi yang sering dijumpai dan diperdagangkan di Bandar Lampung antara lain kopi, lada, dan pisang. Kopi dari Lampung terutama jenis robusta sudah mampu menembus pasar internasional. Kopi tersebut dikirim dalam bentuk kering.
Pasokan kopi kering diperoleh dari sentra-sentra penghasil kopi seperti Kabupaten Lampung Barat, Lampung Utara, dan Tanggamus. Melalui para eksportir, kopi yang sudah diseleksi mutunya dikirim ke berbagai negara tujuan misalnya Amerika Serikat, Jepang, Belanda, dan Jerman. Sampai saat ini, ekspor kopi masih dalam bentuk kering, belum dalam bentuk olahan.
Ekspor produk hasil bumi yang lain adalah lada hitam. Pasokan lada ini berasal dari kabupaten di sekitar Bandar Lampung seperti Lampung Utara. Dilihat dari ekspor hasil pertanian, lada hitam mampu menduduki posisi ketiga setelah kopi dan udang beku.
Produk perdagangan unggulan Kota Bandar Lampung lainnya adalah pisang. Buah ini banyak didatangkan dari Kabupaten Lampung Selatan, Tanggamus, Lampung Barat, Lampung Utara, dan Lampung Tengah. Ekspor pisang sebenarnya menjanjikan. Di pasar domestik, selain dikonsumsi sebagai buah segar, pisang ini juga diolah menjadi kripik pisang. Selain nilai jualnya lebih tinggi dibanding pisang segar, kripik pisang bisa tahan lebih lama. Bahan bakunya yang mudah didapat dan murah membuat banyak pengusaha kecil tertarik untuk mengolah produk ini. Terdapat sekitar sepuluh industri kecil yang dapat ditemui di Teluk Betung Utara, Tanjung Karang, dan Sukarame. Saat ini sedang dilakukan penjajakan untuk meningkatkan peluang ekspor kripik pisang ini.
Pengiriman ekspor hasil bumi seperti kopi, lada, dan pisang ini dilakukan melalui Pelabuhan Panjang. Pelabuhan ini merupakan satu-satunya pelabuhan ekspor yang dimiliki oleh Kota Bandar Lampung. Peningkatan ekspor barang melalui pelabuhan ini tentu saja bisa meningkatkan retribusi dari pelabuhan. Sarana ini merupakan salah satu penunjang kelancaran perdagangan di Bandar Lampung.
Sampai saat ini, Kota Bandar Lampung memiliki tidak kurang dari 40 industri rumah tangga yang mengolah kopi kering menjadi kopi bubuk. Sebagian besar kopi bubuk tersebut masih dikemas secara sederhana, misalnya dengan plastik, kaleng atau kertas coklat dan diberi label. Beberapa merek yang sering dijumpai misalnya Intan, Cap Bola Dunia, Cap Bola Bumi dan sebagainya.
C. Berbagai pembangunan di Kota Bandar Lampung :
1. Infrastruktur:
20% Jalan Provinsi yaitu sepanjang 473.99 kilometer jalan provinsi yang dalam kondisi rusak telah diperbaiki pada tahun 2007. BANDAR LAMPUNG (Ant/Lampost). Perbaikan yang dimaksud adalah perbaikan rutin, berkala, dan peningkatan, termasuk pada jalan negara yang menggunakan dana APBN.
2. Penataan Kawasan Pesisir Kota Bandar Lampung
Salah satu wilayah yang memiliki potensi area pesisir yang cukup baik adalah AREA PESISIR KOTA BANDAR LAMPUNG dimana wilayah pesisir kota Bandar Lampung memiliki luas sekitar 0,05% dari luas keseluruhan Kota Bandar Lampung.
3. Pesisir Bandar Lampung Akan Disulap Menjadi Waterfront City
BANDAR LAMPUNG--Pesisir Pantai Teluk Lampung yang membentang di kawasan Sukaraja, Gudang Lelang, dan Kotakarang, akan disulap menjadi kawasan wisata mirip Pantai Losari di Makassar, Sulawesi Selatan. Di pantai ini, mulai tahun 2008 dibangun jalan aspal yang membentang dari Gunung Kunyit hingga Lempasing. Jika ini terwujud, Bandar Lampung memiliki water
front city.

Proyeksi mendatang dengan mengklasifikasikan wilayah pesisir kota Bandar Lampung ke dalam beberapa zonasi pengembangan yang didasarkan pada KARAKTER dan KAPASITAS yang direncanakan.

4. Kampanye Antikorupsi: Kejati akan Dirikan 50 Kantin Jujur
BANDAR LAMPUNG (Lampost 2008-2009): Kejaksaan Tinggi Lampung menargetkan memiliki 50 sekolah di Lampung yang memiliki kantin jujur. Program pengelolaan kantin jujur itu akan dilaksanakan di sekolah menengah atas (SMA) di Lampung. Targetnya adalah pembinaan sejak dini kepada generasi muda agar tidak melakukan korupsi. Kantin jujur adalah kantin sekolah yang menyediakan berbagai dagangan di satu tempat di dalam sekolah. Kantin tersebut tidak dijaga oleh siapa pun. Hanya disiapkan kotak pembayaran. Pelajar akan membeli dan melayani diri sendiri.
5. Fasilitas Umum: Pemkot Merenovasi Pasar Panjang pada tahun 2008.

Sumber : Babesajabu. 2009. Sejarah Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung : www. wordpress.com

REVIEW MORFOLOGI KOTA BANDAR LAMPUNG

Morfologi kota merupakan kesatuan elemen pembentuk kota yang di dalamnya mencakup aspek detail baik fisik maupun non fisik. Morfologi atau bentuk kota berkaitan erat dengan arsitektur kawasan. Dalam kaitannya dengan kota dan arsitektur, morfologi memiliki dua aspek yaitu aspek diakronik yang berkaitan dengan perubahan ide dalam sejarah dan aspek sinkronik yaitu hubungan antar bagian dalam kurun waktu tertentu yang dihubungkan dengan aspek lain. Aspek metamorfosis adalah sejarah individual dari bangunan dan kota, kesemuanya harus dilakukan dalam analisis morfologi.

Morfologi kota Bandar Lampung berbentuk pita. Peranan jalur transportasi darat berupa jalan raya yang memanjang sejajar dengan aliran sungai, sangat dominan dalam mempengaruhi perkembangan kota. Keadaan demikian juga dipengaruhi oleh keadaan lahan ketika itu yang tidak memungkinkan untuk perluasan areal ke samping. Dengan demikian space untuk perkembangan areal kekotaannya hanya mungkin memanjang saja (Yunus, 2000: 118). Dalam kebangkitannya dewasa ini, perkembangan kota Bandar Lampung mengalami pergeseran ke arah selatan dengan tidak mengubah morfologi kota lama.

Bahasa Lampung terdiri atas dua dialek, yakni dialek O dan dialek A (Van der Tuuk membedakan atas dialek Abung dan dialek Pubian; Dr. J.W. Van Royen membedakan atas dialek Api dan dialek Nyou). Untuk bahasa yang digunakan oleh masyarakat Bandar Lampung menggunakan bahasa Lampung dialek A yang terdiri dari bahasa Lampung Abung, bahasa Lampung Pesisir, dan bahasa Lampung Pubian. Meskipun sekarang masyarakat kota Bandar Lampung juga banyak yang telah menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari.

Perkembangan penggunaan alat transportasi terutama kapal laut di kota Bandar Lampung maju dengan pesatnya. Akibatnya perluasan jaringan transportasi laut dan darat makin dirasakan pada daerah-daerah yang semula belum terjangkau alat-alat angkut. Morfologi kota akan berubah seperti binatang gurita (Yunus, 2000: 155). Kecenderungan perkembangan semacam ini juga tampak pada kota Bandar Lampung. Jalur transportasi tidak hanya memanjang seperti pita tetapi sudah ke berbagai arah seperti halnya pemukiman penduduk. Kota-kota satelit yang semula merupakan pemukiman transmigran di sekitar Bandar Lampung, kini berkembang menuju kota modern. Kecenderungan perkembangan semacam ini perlu ditanggapi secara arif oleh penentu kebijakan.

Kota Bandar Lampung merupakan kawasan penting dalam rangka perkembangan kota. Bangunan lama yang masih tersisa, secara moral memberikan dorongan bagi kemajuan kota selanjutnya. Korban-korban pembantaian bangunan lama bersejarah di berbagai tempat sudah terlalu banyak. Kalau kecenderungan tersebut dibiarkan, maka akan lenyap ciri-ciri khas dan jatidiri masing-masing kota yang tercermin dari keberadaan warisan arsitektur peninggalan masa lampau.

Perkembangan bentuk morfologi kota Bandar Lampung sampai saat ini telah mengalami banyak sekali perubahan. Kota Bandar Lampung telah didominasi oleh kawasan pemukiman dan industri sehingga pemanfaatan lahan sedikit demi sedikit mulai berubah. Seiring berjalannya proses perubahan tersebut, kekuatan ekonomi juga mulai mengendalikan pola land use Kota Bandar Lampung. Ditandai dengan pembangunan perumahan dan area perbelanjaan dalam jumlah besar telah mengubah pola tata ruang yang sebelumnya terbentuk. Belum lagi rencana pembentukan kota Bandar Lampung untuk menjadi water front city. Jika pengembangan yang dilakukan tidak memperhatikan konteks historis pembentukan kota, sehingga seperti halnya kota besar lainnya kota Bandar Lampung terancam kehilangan karakter spesifiknya.

Sehingga melalui perubahan perkembangan morfologi di kota Bandar Lampung, dapat disimpulkan bahwa salah satu unsur utama yang menjadi faktor dari perkembangan suatu kota adalah penduduk yang mendiami kota tersebut. Jumlah penduduk yang jumlahnya terus meningkat dan luas lahan yang tetap akan mengubah pola ruang dan pengunaan lahan kawasan tersebut. Selain itu, nilai sejarah dan sistem peradaban yang telah ada harus tetap dipertahankan.

Kota yang tidak lagi memiliki lingkungan lama yang bernilai sejarah pada hakikatnya serupa dengan kota yang tidak punya bayangan, dalam arti kota yang tidak memiliki orientasi (Budihardjo, 1993: 33).

POSTERKU



Sebelumnya terimakasih untuk Pak Mardwi yang telah memberikan kritik mengenai poster...

Poster ini bertemakan tentang kemiskinan. Poster ini menggambarkan kondisi masyarakat miskin di negeri kita, kemiskinan yang telah merajalela di mana-mana. Melalui poster ini diharapkan mampu menggugah perhatian masyarakat menengah ke atas tentang seberapa besar kita peduli pada rakyat miskin? Apa yang sudah kita lakukan untuk meringankan beban mereka? Karena sesungguhnya di relung hati mereka yang kelaparan, kesusahan, menderita, mereka berteriak meminta pertolongan kepada kita.

Semoga melalui poster ini dapat bermanfaat dan berguna bagi masyarakat yang mau peduli sehingga nantinya uluran tangan tersebut dapat direalisasikan kepada masyarakat miskin.

TEKNIK KOMUNIKASI

Komunikasi merupakan proses penyampaian pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi dari hubungan sosial. Komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan maka mengenai suatu hal yang di komunikasikan (Nurini,2009). Definisi lain dari komunikasi yaitu komunikasi merupakan hubungan kontak antara dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Di dalam kehidupan sehari-hari di sadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri paling tidak sejak dia lahir sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak dan tangis yang pertama pada saat ia dilahirkan adalah tanda komunikasi(Widjaja,1986).

Menurut Laswell,komponen-komponen komunikasi adalah :
  1. Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang megirimkan pesan kepada pihak lain.
  2. Pesan ( message) adalah isi atau maksud yang akan di sampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.
  3. Saluran (channel) adalah media di mana pesan disampaikan kepada komunikan.
  4. Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain.
  5. Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pasan atau isi pesan yang di sampaikan.
  6. Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan dijalankan (protokol).
Proses berlangsungnya komunikasi yaitu dari komunikator mengirim pesan bisa berupa informasi langsung maupun tidak langsung. Kemudian pesan tersebut di bawa oleh suatu media (channel) untuk disampaikan kepada komunikan.

Teknologi komunikasi memiliki peranan penting di dalam kehidupan sehari-hari,karena melalui komunikasi itulah kita bisa berinteraksi dengan orang lain.


Saran untuk mata kuliah Teknik Komunikasi
Sebelumnya kepada dosen mata kuliah Teknik Komunikasi yaitu Ibu Nurini dan Bapak Mardwi, saya dan teman-teman innocence kelompok 6 mengucapkan terimakasih atas bimbingannya di dalam pembuatan tugas besar teknik komunikasi, karena melalui tugas tersebut,kami dapat mengekspresikan ide-ide yang kreatif. Selain itu juga dapat mengasah bakat-bakat terpendam yang mungkin belum tersalurkan.

Untuk mata kuliah teknik komunikasi diharapkan tetap mempertahankan eksistensi tugas-tugasnya, karena tugas-tugasnya menarik dan menyenangkan.

BEHIND THE SCENE INNOCENCE TEAM

Puji syukur akhirnya setelah berhari-hari, berpanas-panas, berhujan-hujan, kelompok 6 tekom (innocence team) telah menyelesaikan syuting tugas pembuatan film dengan judul "BROTO'S PROJECT". Terima kasih kuucapkan kepada teman-temanku innocence team (Rudi, Ayu, Galih, Bagas, Amalia, Ruri, Aldia, dan mas Afiet) yang telah solid bekerjasama di dalam proses pembuatan film ini.

Melalui tema world class city, kami kelompok enam merancang skenario yang berisi suatu bentuk kerjasama antar negara yaitu developer dari Indonesia yang bertempat di kota Semarang bekerja sama dengan konsultan dari Arab yang mampu melahirkan ide untuk membangun perumahan bertaraf internasional. Kenapa kami mengambil Arab untuk bekerjasama? Karena salah satu anggota innocence team ada yang mirip sekali dengan orang Arab mulai dari perawakannya dan wajahnya, namanya Galih.

Syuting dilakukan selama 3 hari, mulai dari 5 - 7 juni 2010. Hari pertama kami syuting di sebuah CV bernama CV Birus Multi Karsa yang akan dijadikan sebagai kantor pak Broto. Sebelum take film kami mempersiapkan bagian masing-masing, ada yang make up, merapikan tempat, menyiapkan tripod dan kamera, dsb. Yang tidak bisa terlupakan adalah ketika saya me-make up kumis Rudi sebagai pak broto menggunakan eye liner, karena katanya gatal dan ketika digaruk hilang,hehehe..


Ketika proses take film di tempat tersebut ternyata banyak sekali adegan-adegan lucu seperti lupa dialog, salah ambil posisi, sehingga harus berkali-kali diulang. Meskipun melelahkan tetapi seru dan menyenangkan. Hari kedua dilanjutkan take film masih di CV Brus Multi Karsa. Dan hari ketiga,take film dilakukan di bandara Ahmad Yani Semarang (scene di mana pak Abdullah ,konsultan dari Arab datang) dan di di salah satu rumah di daerah Tembalang Regency (pengambilan scene saat negosiasi antara pak Broto dengan warga tergusur). Ketika mengambil scene di bandara Ahmad Yani saya mendengar Galih menyeletuk seperti ini" Masya Allah Bapak ane bisa marah n g mau ngakui ane, klo tau ane berdandan seperti ini,,ane malu...maafin ane..". Dengan logat orang Arab sehingga membuat kami semua tertawa.hahahaha....... Dan ketika mengambil scene dia berjalan bersama saya di Bandara pun sampai berkali-kali karena kalau ada mobil lewat dia menutupi mukanya dengan jubahnya. Teman-temanku memang lucu-lucu..applause untuk kalian semua...!

WORLD CLASS CITY

Apa yang muncul pertama kali di benak kita mengenai "world class city" ?
Banyak orang awam mengatakan world class city adalah kota bertaraf internasional. Lalu seperti apa world class city itu?
Dalam disiplin ilmu perencanaan wilayah dan kota mempelajari dan menggunakan berbagai konsep perencanaan kota di antaranya world class city. Menurut pendapat saya, world class city atau kota bertaraf internasional yaitu kota yang memiliki ciri khas dan kharisma sehingga melalui ciri khas yang dimiliki, kota tersebut dikenal di mata dunia. Ciri khas tersebut bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, diantaranya kota yang memiliki perkembangan teknologi yang maju dan modern, mulai dari design isi kota dan juga penduduknya. kemudian ciri khas yang lain dapat dilihat dari budayanya seperti bangunan dan benda-benda bersejarah yang memiliki nilai-nilai penting. Kota yang memiliki culture yang beragam dan dipelihara tentunya mampu menjadi daya tarik untuk melangkah menjadi kota bertaraf internasional.