IMPLIKASI TEORI VON THUNEN PADA ZONA LAHAN DAN STRUKTUR RUANG KOTA

A. Pendahuluan
Ruang kota merupakan tempat intensif antara kegiatan ekonomi dan sosial, sehingga transaksi akan terjadi maksimal bila dilakukan di kota. Secara internal, lokasi sangat menentukan keberadaan kegiatan dan interaksinya yaitu bagaimana pola kegiatan dan memilih lokasinya di dalam kota dan bagaimana hasil pemilihan lokasi menentukan struktur ruang kota.
Model-model struktur perkotaan
1. Model Pemusatan Burgess
Menurut Burgess dalam Hadi Sabari Yunus (2004:5) mengemukakan teori memusat atau konsentris yang menyatakan bahwa daerah perkotaan dapat dibagi dalam enam zona.
1. Zona pusat daerah kegiatan (Central Business District), yang merupakan pusat pertokoan besar, gedung perkantoran yang bertingkat, bank, museum, hotel restoran dan sebagainya.
2. Zona peralihan, merupakan daerah kegiatan yang tidak stabil.
3. Zona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik karena dihuni oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan kelas bawah.
4. Zona permukiman kelas menengah (residential zone), merupakan kompleks perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki keahlian tertentu.
5. Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi.
6. Zona penglaju (commuters), merupakan daerah yang yang memasuki daerah belakang (hinterland) atau merupakan batas desa-kota.
2. Model Sektor Hoyt
Menurut Holmer Hoyt dalam Daldjoeni (1992:153) bahwa struktur ruang kota cenderung berkembang berdasarkan sektor-sektor dari pada berdasarkan lingkaran-lingkaran konsentrik. No.1 terletak di pusat kota, namun pada bagian lainnya berkembang menurut sektor-sektor yang bentuknya menyerupai irisan kue bolu. Hal ini dapat terjadi akibat dari faktor geografi, seperti bentuk lahan dan pengembangan jalan sebagai sarana komunikasi dan transportasi.
B. Review Literatur
Menurut Von Thunen guna lahan kota dipengaruhi oleh biaya produksi, biaya transportasi dan daya tahan hasil komoditi. Sehingga berpengaruh terhadap munculnya pasar lahan yang kompetitif. Pada model Von Thunen hubungan antara transportasi dan lokasi aktivitas terletak pada biaya transportasi dan biaya sewa lahan. Guna lahan akan menentukan nilai lahan, melalui kompetisi antara pemakai lahan. Karenanya nilai lahan akan mendistribusikan guna lahan menurut kemampuan untuk membayar sewa lahan, sehingga akan menimbulkan pasar lahan yang kompetitif. Faktor lain yang menentukan tinggi rendahnya nilai lahan adalah jarak terhadap pusat kota. Melalui adanya nilai lahan maka terbentuk zona-zona pemakaian lahan seperti lahan untuk kegiatan industri, kegiatan komersil, kegiatan industri, serta lahan untuk kegiatan pemerintahan. Selain memiliki pengaruh terhadap zona lahan, teori Von Thunen juga berpengaruh terhadap struktur keruangan kota. Perkembangan kota yang didasarkan terhadap penggunaan lahan kota memunculkan elemen-elemen baru dalam struktur keruangan kota. Salah satu contohnya adalah struktur kota di Indonesia, terdapat elemen-elemen baru dari struktur keruangan yang muncul seperti zona pelabuhan, kawasan pemerintahan, kawasan perdagangan dan lain sebagainya. Munculnya elemen-elemen baru tersebut terjadi tidak lepas dari pengaruh sejarah kota atau negara tersebut.
Aglomerasi sebagai bentuk implikasi Teori Von Thunen pada struktur ruang kota yaitu penggunaan tanah di perkotaan tidak lagi berbentuk cincin tetapi tetap terlihat adanya kecenderungan pengelompokan untuk penggunaan yang sama berupa kantong-kantong, di samping adanya penggunaan berupa campuran-campuran antara berbagai kegiatan.
C. Kesimpulan
Melalui adanya perbedaan antara zona lahan dan struktur ruang kota mengindikasikan bahwa kegiatan tertentu hanya mampu membayar pada tingkat tertentu, harga tersebut pada dasarnya adalah sewa terhadap aksesibilitas atau jaringan transportasi yang dipengaruhi oleh letak lokasinya terhadap pusat kota. Selain faktor tersebut gaya hidup dan perilaku juga mempengaruhi tingkat harga tersebut.

Analisis Sistem Pusat Permukiman

A. Pendahuluan
Suatu daerah terdiri dari dua elemen, yaitu Settlement centers dan Production areas. Settlement centers merupakan tempat yang populasinya adalah di mana orang-orang berada. Unsurnya adalah wilayah perkotaan yang banyak aktivitas dan infrastuktur juga sarananya. Sedangkan Production areas merupakan tempat kegiatan ekonomi yang produksi daerahnya dikonsumsi sendiri oleh daerah tersebut. Unsurnya adalah area pedesaan yang sebagian besar dijadikan tanah pertanian. Analisis mengenai ruang digunakan untuk menguji kondisi yang ada, mengenai sruktur ruangnya yang membahas hirarki tempat pusat dan pengaruh daerahnya.

B. Review Literatur
Dasar Teori :
 Teori Tempat pusat ( Christaller, Losch)
 Konsep basis dasar :
a. Tempat pusat : bagaimana menempatkan suatu fungsi tertentu;
b. Cakupan barang-barang : kemampuan mendapatkan suatu komoditas;
c. Ambang batas : jumlah minimum yag mendukung satu hal untuk hidup. Jumlah ini dapat meliputi beberapa puluh keluarga bagi satu atau beberapa ratus keluarga bagi suatu pasar harian. Kalau jumlah itu di bawah jumlah tertentu, maka pelayanan menjadi mahal dan kurang efisien; sebaliknya bila meningkat di atas jumlah tertentu pelayanan akan menjadi kurang baik dan kurang efektif. Bila kegiatan itu menyangkut jual beli maka jumlah penduduk di bawah ambang akan mengakibatkan rugi dan terancam tutup sebaliknya bila di atas ambang maka akan memperoleh untung dan mengundang entry serta dalamjangka waktu tertentu mempertajam persaingan.
Tipe analisis
1. Analisis sistem Penyelesaian;
2. Analysis of setllement system;
3. Analisis skalogram.
1. Analisis sistem Penyelesaian
Sasaran hasil :
a) Identifikasi unsur-unsur yang terpisah dari sistem penyelesaian regional;
b) Menentukan karakteristik fungsional masyarakat;
c) Menggambarkan sistem dan hubungan dengan daerah yang bersangkutan;
d) Menentukan distribusi dan asosiasi antar fungsi sosial dan ekonomi.
2. Analysis of settlement system
Data pada populasi wilayah perkotaan berhubungan dengan kota–kota yang dipetakan. Distribusi yang berkenaan dengan kota dapat dianalisis dengan menggunakan uji keunggulan kota besar atau distribusi ukuran rangking.
Yang perlu diperhatikan adalah :
• Hirarkinya = scalogram atau index konsentrasi;
• Fungsi masing-masing pusat regional;
• Apa ciri-ciri atribut penanda dari tiap fungsi.
3. Analisis skalogram
Analisis Skalogram biasanya digunakan untuk menganalisis pusat-pusat permukiman, khususnya hirarki atau orde pusat-pusat permukiman. Subjeknya berupa pusat permukiman (settlement), dan obyeknya fungsi atau kegiatan. Dan untuk emnghasilkan analisis yang lebih baik maka analisis skalogram biasanya diberikan tambahan bobot.
Tahapan dalam analisis skalogram
 Mengidentifikasi kawasan perkotaan yang ada;
 Menghitung jumlah penduduk di setiap kawasan perkotaan;
 Mengidentifikasi fungsi perkotaan yang ada di setiap kawasan perkotaan;
 Proses tabulasi dan pengurutan, sehingga keluar tabel hirarki pusat permukiman.
Analisis hubungan spasial
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis hubungan spasial :
1. Tujuan / pertanyaan
• Apa pola aliran antara pusat dan kota-desa;
• Bagaimana sistem jaringan saat ini mempengaruhi interaksi antara tempat;
• Apakah hambatan utama dalam sistem hubungan yang ada;
• Bagaimana tingkat pelayanan infrastruktur saat ini.
2. Analisis aliran komoditas
• Asal-tujuan orang dan barang;
• Aliran non-materi (uang, peraturan, anggaran).
3. Analisis aksesibilitas
• Jaringan yang ada;
• Tingkat pelayanan;
• Daerah pasar (layanan penuh dan kosong).


C. Kesimpulan
Melalui analisis sistem pusat permukiman maka kita dapat mengetahui struktur dan hirarki tempat pusat dan pengaruh daerahnya.

Daftar Pustaka
Daldjoeni.1992. Geografi Baru Organisasi Keruangan dalam Teori dan Praktek. Bandung: Alumni.

CRITICAL REVIEW TEORI LOSCH DAN CHRISTALLER (Central Place Theory)

A. Pendahuluan
Central Places Theory merupakan teori yang digunakan dalam analisa pola pemukiman dalam rangka merekonstruksi kehidupan manusia masa lampau. Analisa pola keruangan suatu situs membantu dalam menemukan situs-situs pemukiman lainnya yang ada di sekitar situs tersebut dan membantu mendeskripsikan pola keruangan yang ada dalam suatu regional wilayah. Melalui analisa keruangan dan aplikasinya dapat dipahami hubungan politis dan ekonomis antara suatu daerah dengan daerah yang lain, bentuk hubungan sosial ekonomi serta kita juga dapat memahami bagaimana suatu daerah-daerah berkembang dan berhubungan dengan daerah yang lain.
1. Asumsi-asumsi dalam penyusunan teori oleh Christaller :
• Konsumen menanggung ongkos angkutan, maka jarak ke tempat pusat dinyatakan dalam biaya dan waktu.
• Jangkauan (range) suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam biaya dan waktu.
• Konsumen memilih tempat pusat yang paling dekat untuk mendapatkan barang dan jasa.
• Kota-kota berfungsi sebagai tempat pusat bagi wilayah disekitarnya.
• Wilayah tersebut adalah suatu dataran yang rata, mempunyai ciri-ciri ekonomis sama dan penduduknya juga tersebar secara merata
2. Asumsi teori Losch:
Homogenitas supply sumberdaya alam
Homogenitas supply sarana-prasarana transportasi
Homogenitas perilaku konsumen

B. Studi Kasus Central Place Theory
Kota Yogyakarta sebagai pusat pengembangan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta menunjang peranan penting baik dalam pemerintahan maupun kegiatan sosial, ekonomi dan pusat distribusi jasa yang melayani kegiatan lokal maupun regional, karena peran tersebut Kota Yogyakarta menjadi kawasan komersil kota. Kegiatan komersil yang berada di Kota Yogyakarta banyak didominasi kegiatan perdagangan dan jasa yang tersebar di beberapa bagian kota dan ditunjang pula dengan lingkungan perdagangan yang merupakan sub-sub pusatnya. Dengan melihat ketersediaan sarana dan prasarana perdagangan dan jasa komersial lain merupakan fasilitas yang sangat dibutuhkan untuk menunjang perekonomian kota Yogyakarta dimana Yogyakarta sendiri sebagai pusat kota. Dalam perkembangan, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan wilayah yang terpadat dibanding 4 kabupaten lainnya. Oleh karena itu, kawasan komersial Daerah Istimewa Yogyakarta terkonsentrasi pada pusat kota berpusat pada garis imejiner (Tugu Mangkubumi) dimana fasilitas-fasilitas lain yang mendukung pusat kota sehingga terjadi tumpang tindih dalam skala pelayanannya.
Kota Yogyakarta sebagai central place perdagangan seperti batik, kerajinan dan makanan khas. Memiliki daerah pelayanan tidak hanya 4 kabupaten lain di Daerah Istimewa Yogyakarta seperti Kabupaten Bantul, Sleman, Gunung Kidul, Kulon Progo, tetapi juga di luar daerah Yogyakarta seperti Kebumen, Magelang, Purworejo, Ampel, Wonogiri yang kemudian didistribusikan ke tingkatan yang lebih rendah (Kecamatan, kelurahan, desa, dst.)
Sehingga susunan hirarkinya sebagai berikut :
Kota à Kabupaten à Kecamatan à Kelurahan à Desa
Melalui adanya susunan hirarki daerah pelayanannya yaitu dari kota sampai ke desa, maka sesuai dengan asumsi dari teori pusat Christaller yaitu konsumen dapat memilih tempat pemasaran terdekat dari tempat tinggalnya untuk meminimalisir jarak ekonomi. Atau dengan kata lain, apabila masyarakat atau konsumen menginginkan barang-barang asli dari Yogyakarta tidak perlu pergi langsung ke Yogyakarta, namun bisa membeli di lokasi-lokasi terdekat yang telah menjadi lokasi penyaluran barang dari Yogyakarta.

C. Kesimpulan
Ada beberapa asumsi dari teori Christaller yang kurang relevan dengan kondisi saat ini. Salah satu diantaranya adalah asumsi yang menyatakan bahwa wilayahnya adalah suatu dataran yang rata, mempunyai ciri-ciri ekonomis sama dan penduduknya juga tersebar secara merata tidak bisa digunakan bagi setiap wilayah karena pada kenyataannya atau kondisi eksistingnya setiap wilayah memiliki topografi yang berbeda-beda yang tentunya akan berpengaruh pada biaya transportasi, persebaran penduduk, dan juga ciri-ciri ekonomis. Selain itu, faktor lain seperti teknologi kurang diperhatikan.

ANALISIS LOKASI DAN POLA RUANG

A. Pendahuluan
Teori lokasi adalah suatu penjelasan teoritis yang dikaitkan dengan tata ruang dari kegiatan ekonomi. Teori lokasi tersebut bertujuan untuk memperhitungkan pola lokasi kegiatan-kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya kegiatan industri dengan cara yang konsisten dan logis.
Analisis keruangan adalah analisis lokasi yang menitikberatkan pada tiga unsur jarak (distances), kaitan (interaction), dan gerakan (movement). Tujuan dari analisis keruangan adalah untuk mengukur apakah kondisi yang ada sesuai dengan struktur keruangan, dan menganalisa interaksi antar unit keruangan yaitu hubungan antara ekonomi dengan interaksi keruangan, aksesibilitas antara pusat dan perhentian suatu wilayah, dan hambatan interaksi, hal ini didasarkan oleh adanya tempat-tempat (kota) yang menjadi pusat kegiatan bagi tempat- tempat lain, serta adanya hierarki di antara tempat- tempat tersebut (Rahmat Kusnadi, 2010).

B. Review Literatur

Lokasi dalam ruang dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Lokasi absolut
Lokasi absolut adalah lokasi yang berkenaan dengan posisi menurut koordinat garis lintang dan garis bujur (letak astronomis). Lokasi absolut suatu tempat dapat diamati pada peta.
2. Lokasi relatif
Lokasi relatif adalah lokasi suatu tempat yang bersangkutan terhadap kondisi wilayah-wilayah lain yang ada di sekitarnya.
Sistem ekonomi menjadi dasar analisis lokasi.

Faktor – faktor lokasi (faktor produksi ):

Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources). Berikut ini adalah contoh faktor produksi :
a. Bahan baku
b. Energi
c. Lahan
d. Tenaga Kerja
e. Modal
f. Faktor lainnya (manajemen, skala produksi, keterkaitan, biaya transportasi)

Faktor yang bersifat Intangible
a. Lingkungan bisnis
b. Kesejahteraan
c. Prefensi Perorangan

Teori lokasi sebagai modal analisis :
a. Model atau teori yang berkembang pada awalnya berdasarkan pada Biaya, Transportasi, dan Jarak.
b. Kemudian berkembang dengan memperhatikan faktor yang lebih komplek misalnya:
c. Pelaku usaha ekonomi
d. Kondisi lingkungan makro
e. Perbedaan karakteristik wilayah

Masalah Lokasi diklasifikasikan menjadi dua yaitu fungsional dan areal. Secara fungsional yaitu siapa saja yang terlibat misalnya individu, keluarga, perusahaan, dll. Secara areal yakni sebesar apa cakupan wilayahnya misalnya kota, kabupaten, provinsi, dan sebagainya.

C. Kesimpulan

Ada tiga hal fundamental dalam memodifikasi masalah interaksi keruangan yaitu elemen jarak, eksponen kepada populasi, dan parameter.
Cakupan teori lokasi :
1. lahan pertanian dan guna lahan kota à Von Thunen dan teori turunannya;
2. lokasi industri à pendekatan deterministik Weberian dan pendekatan perilaku;
3. tempat pusat à mengapa ada hirarki dan order; Christaller dan teori turunannya;
4. alokasi lokasi à bagaimana mengalokasikan fasilitas kota;
5. interaksi keruangan à hubungan antarlokasi dan kegiatan.